Minggu, 18 Oktober 2015

Pembuatan Keris dan Perlengkapan


1.      Mempersiapkan Bahan Baku dan Alat.

Pertama menyiapkan dan memantrai bahan baku keris. Bahan-bahan yang disiapkan oleh seorang empu,  antara lain; plat besi tempa sekitar 8-15 kg, baja sekitar 800 gr, nikel sekitar 125 gr atau bahan batu pamor lainnya.

Pada dasarnya, sebilah keris terdiri atas tiga jenis unsur logam, yaitu besi, baja, dan pamorPamorbisa terbuat dari nikel, namun pada jaman dahulu, pamor terbuat dari watu lintang, yang sekarang kita kenal dengan istilah batu meteorit. Konon, empu pada masa itu menganggap watu lintang atau batu bintang adalah pemberian dari angkasa yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Pada masa ini pun, untuk keris tertentu, biasanya yang merupakan permintaan khusus dari pemesan, masih ada yang menggunakan batu meteorit sebagaipamor. Namun karena barang ini sudah sangat langka, meteorit bisa dikumpulkan dari pedang atau keris tua yang sudah tidak terawat kemudian dilebur untuk diambil pamornya. Jika pamor yang dipakai berupa kepingan kecil-kecil, untuk mengumpulkannya bisa dengan cara membuat amplop dari lempengan besi. Kepingan-kepingan tersebut kemudian dimasukkan dalam amplop tersebut, disatukan dan kemudian dibentuk menjadi balok yang bentuknya sama dengan balok besi yang disiapkan di awal. Lain halnya, untuk keris tanpa pamor atau biasa disebut kelenganhanya terdiri atas dua bahan, baja dan besi. Mengawali pembuatan keris, seorang empu akan memilih besi terbaik untuk mendapatkan hasil yang baik. Secara kasat mata, besi yang berumur tua akan menghasilkan keris yang bagus karena kandungan karbon atau karat pada besi berusia tua lebih sedikit dibandingkan dengan besi berusia muda.

Pemilihan bahan baku yang baik merupakan salah satu syarat untuk menghasilkan keris yang baik pula. Dalam kasanah perkerisan ada berbagai jenis besi. Yang sering disebut-sebut ada besi MangangkangPulosaniBalitungdan sebagainya. Tentu hanya mereka yang sudah mahir yang memiliki kemampuan memilih besi mana yang baik dan mana yang tidak baik sebagai bahan keris. Masing-masing pembuat keris memiliki keterampilan berbeda-beda. Ada yang hanya dengan cara mengamati fisik dan warna besi, ada yang harus memukul dan dari suara dentangan besi itu bisa ditentukan pilihannya. Semua itu, konon tergantung kebiasaan dari pembuat keris, dan konon pula hasilnya akan sama, karena tujuannya sama, yaitu memilih bahan yang bagus.

Empu Suyanto kemudian mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan keris, termasuk alat-alat dan pekerja. Berikut di bawah ini adalah nama-nama alat dan istilah yang biasa dipergunakan para Empu pembuat keris dalam bekerja secara tradisional;

1)        Empu: Seorang pembuat keris

2)   Panjak: Asisten pembuat keris.Panjak terdiri atas dua orang, satu bertugas menyalakan api dan memompa sehingga api terus menyala. Asisten lainnya bertugas menghantamkan palu pada saat proses penempaan.

3)       Besalen: Studio atau bengkel pembuatan keris

4)   Paron: Alas menempa besi. Terbuat dari besi baja berbentuk mirip lingga. Biasanya disebutparon dengkul karena bentuknya mirip lutut orang yang sedang jongkok.    

5)    Ububan: Sejenis pompa. Terdiri atas dua tabung kayu yang bentuknya persis dengan pompa-pompa yang kita kenal di bengkel-bengkel. Sekarang alat ini diganti menggunakan blower.

6)      wirungan: terbuat dari balok batu yang dilubangi di tengahnya. Berfungsi sebagai alat memfokuskan angin sehingga yang dihasilkan oleh pemompaan pada ububan.

7)        Arang kayu jati: berguna sebagai bahan bakar. Selama ini diyakini arang kayu jati merupakan penghasil panas terbaik, karena pemijaran sempurna hanya dihasilkan ketika panas besi yang dipijar mencapai 1.100 derajat celcius.

8)        Kowen: Tempat air untuk mendinginkan alat-alat.

9)        Cakarwa: Alat sejenis gancuyang berfungsi untuk mengarahkan bara api.

10)    Supit: alat sejenis tang dengan ukuran yang berbeda-beda (setidaknya membutuhkan lima supit dengan ukuran berbeda-beda) sebagai alat memegangi besi yang dibakar. Digunakan saat besi dibakar atau saat besi ditempa.

11)    Gandhen besi: Yang paling besar seberat 6 kg, biasanya dipegang oleh panjak.

12)   Mimbal: palu besi dengan ukuran lebih kecil (kurang lebih seberat 5 ons), yang biasa dipegang oleh empu. 

13)    Ploncon: terbuat dari dua batang kayu yang digandeng. Di atas dua batang kayu inilah empu melakukan pengikiran dan menyempurnakan bentuk keris.

14)   Kikir: Ada berbagai bentuk kikir dengan ukuran kasar dan halus yang berbeda-beda.

15)   Wungkal atau gerinda: Batu pengasah

16)   Jeruk nipis: digunakan untuk mencuci keris yang secara fisik sudah selesai dibentuk dan diasah.

17    Batu Warangan atau arsenikum: berfungsi untuk memunculkanpamor pada proses terakhir pembuatan keris. Tetapi harus hati-hati sekali, karena arsenikummengandung racun yang berbaya bagi kesehatan.

18)    Tlawah: Balok kayu yang dilubangi di tengahnya, berfungsi untuk merendam keris dengan air jeruk nipis saat dilakukan pencucian.

2.      Proses Penempaan

Setelah proses persiapan selesai, Empu Suyanto mengawali dengan memanjatkan doa, dan memulai  proses penempaan. Sebelum mengawali penempaan, biasanya Empu Suyanto dan panjakberpuasa pada hari sebelumnya selama sehari penuh.

Pertama-tama, sang empu membakar batangan balok besi diatas tungku bara api. Selama ini pembakarannya menggunakan arang jati karena diyakini arang kayu jati merupakan penghasil panas terbaik, karena pemijaran sempurna hanya dihasilkan ketika panas besi yang dipijar mencapai 1.100 derajat celcius. Pembakaran besi ini berfungsi untuk membersihkan besi dari kandungan karbon dan kotoran sehingga mendapatkan besi yang murni. Proses ini dinamakan mbesot ataupenguletan. Besi yang telah dibesotakan susut menjadi 2/3 dari berat semula.

           Besi dibersihkan dahulu dari berbagai kotoran/ karat, dengan cara dimasukkan ke dalam perapian, bara api terus dinyalakan hingga besi membara dan memercikkan api, setelah besi menyala, besi diangkat dari perapian dengan menggunakansapit kemudian diletakkan di atasparon.

Besi yang membara kemudian ditempa kuat-kuat dengan pukul besi ukuran 6 kg hingga pijaran apinya padam. Kemudian besi dimasukkan lagi ke dalam tungku yang terus membara. Penempaan dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya besi menjadi liat dan tidak mengeluarkan percikan bunga api.

Setelah sudah bersih, besi kemudian dikeluarkan dari bara api dan dipotong memanjang dan ditekuk menjadi tiga menjadi bentukleter-z dengan ukuran yang sama. Ciri-ciri besi yang sudah bersih:

a)      Saat ditempa terasa liat.

b)      Ketika dimasukkan ke dalam tungku, nyalanya kekuningan.

c)      Ketika ditempa tidak memercikkan pijaran api.

Setelah mendapatkan tiga batang besi yang bersih dari kotoran dan karbon, kemudian dimasukkan nikel ke tengah-tengah batang besi tersebut. bahan-bahan tersebut kemudian disatukan dengan kawat. Tumpukan yang telah diikat dengan kawat sering disebut denganbandelan.

           Bandelan tersebut dibakar diatas tungku hingga membara kemudian diangkat dan diletakkan diatas paron untuk ditempa berkali-kali hingga nikelnya luluh menjadi satu dengan besi. Luluhnya nikel dengan besi dinamakan saton.

Besi saton kemudian ditempa lagi hingga menjadi panjang untuk selanjutnya dipotong dan dilipat memanjang menjadi dua. Memotong besi saton dilakukan dengan hati-hati supaya besi tidak putus, dengan cara membuat garis dengan memukulkan betel diatas batang besi, kemudian besi dilipat sesuai dengan garis potong yang sudah dibuat.                                                             

Lipatan itu dilakukan berkali-kali hingga beberapa lapisan sesuai dengan permintaan atau keinginan sang empu. Pada masa ini, jumlah lipatan yang lazim pada sebuah keris adalah sebanyak 16, 32 dan 64 lapis. Pada jaman dahulu, diyakini pelipatan pamor mencapai ribuan lapis hingga besi menjadi halus, karena pada masa itu teknologi pembuatan bahan baku besi belum secanggih sekarang, sehingga banyak sekali kandungan karbon yang harus dibuang untuk menghasilkan keris yang baik.

Namun, setiap lipatan pada sebuah keris pada masa ini harus dihitung. Menghitung lapisannya menggunakan deret ukur. 1, 2, 4, 8, 16, 32, 62 dan seterusnya. Pada lipatan pertama berarti menghasilkan dua lapisan pamor, lipatan kedua berarti menghasilkanpamor sebanyak empat lapis, lipatan ketiga berarti delapan lapis, lipatan keempat menghasilkan enam belas lapis pamor dan seterusnya menurut yang dikehendaki. Pada tahap ini, perlu diperhatikan kekuatan besi, kalau memang besinya hanya kuat pada beberapa lapisan tertentu, tidak boleh dipaksakan.

Banyak sedikitnya lipatan tergantung dari kualitas besi yang digunakan. Besi dengan mutu yang bagus bisa dilipat lebih banyak dibandingkan dengan besi yang kurang baik. Tentu saja nantinya akan mempengaruhi kualitas pamoryang dihasilkan.

Daya tarik keris masa kini selain pada desain fisik, juga terutama pada motif pamornya. Ada ribuan motif pamor yang sudah diciptakan para empu keris, dari yang tradisional atau pakem hingga kontemporer. Cara membuat pamor keris antara keris yang satu dan yang lain tidak akan sama. Hal itu disebabkan kreasi, proses penempaan, proses pembakaran dan lain sebagainya yang dilakukan para pembuat keris.

Setelah proses mencampurkanpamor selesai, maka dilanjutkan dengan membentuk kodokan.Kodokan adalah calon atau bakalan keris yang masih berupa batang adonan besi nikel dan baja. Pembuatan kodokan dilakukan dengan cara memotong lapisanpamor menjadi 3 bagian dengan menggunakan gergaji. Bagian yang kecil digunakan untuk membuatganja. Sedangkan dua bagian yang berukuran sama panjang disusun bersama baja pipih dengan ukuran yang sama dengan saton dengan posisi baja berada di tengah-tengah.

            Kemudian tumpukan bahan-bahan keris dibakar lagi hingga membara dan luluh, seperti permulaan dan dipukul secara bolak-balik supaya ketebalan pamor-nya sama dengan bajanya yang berada ditengah-tengah. Pada pangkal calonan keris, bentuknya agak tebal, sedangkan pada ujungnya agak tipis.

            Selanjutnya dibuat pola dasar atau kodokan dengan bantuan malyang terbuat dari lempengan seng untuk mempermudah pembentukan bilah keris. Mal tersebut menentukan bagaimana bentuk keris yang akan dibuat, apakah akan menjadi keris luk atau jejeg. Setelah itu baja dan pamor dibentuk sesuai pola dengan gerinda. Pembentukan bilah keris di sini sesuai dengan pakem perkerisan yang telah ada dan dapur yang telah ditentukan.

Setelah menjadi calon keris, maka akan ditentukan apakah keris yang dibuat itu keris luk atau lurus seperti yang sudah diilhami dan dirancang sebelumnya. Jika keris tersebut akan dibuat lurus, maka proses pengerjaan pembentukan dapat langsung dimulai, tetapi jika keris luk, maka proses pembuatanluk harus terlebih dahulu dilakukan. Cara membuat luk adalah dengan memanasi bagian luk di atas tungku, lalu ditempa tahap demi tahap. Setiap membuat luk baru dilakukan pemanasan dan penempaan. Pembuatan luk dimulai dari lukpertama dibagian pangkal keris, baru kemudian luk kedua, ketiga dan seterusnya. Luk pada keris selalu berjumlah ganjil.

Proses pembentukan kodokanmenjadi calon keris dengan cara menggunakan kikir dan gerinda. Pengerjaannya pun harus hati-hati, sehingga ketika dikikir maupun digerinda, tidak merusak atau menghilangkan bagian pamornya. Proses pembentukan ini dilakukan oleh seorang empu, karena sang empulah yang tahu bagaimana keris ini akan dirancang sesuai dengan wangsit dan kehendak sang empu. Pembentukan calon keris ini juga merupakan bagian dari persiapan pembuatan ricikan. Sehingga ketika menuju proses anggrabahi, calon keris sudah memiliki pola dan pakemnya.

          Setelah pembuatan kodokanselesai, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan ganja. Mula-mula calon ganja dibentuk menurut panjang pangkal calon keris. Pembentukan ganja dilakukan dengan cara digerinda. Setelah mendapatkan bentuk yang pas dengan wilahan, kemudian bagian tengah ganja dibor, sesuai denganpesi keris. Bila sudah sesuai, ganjadipasang dan dilekatkan dibagian pangkal keris agar tidak longgar atau goyang. Baru setelah dibentuk,ganja diperhalus sesuai dengan bagian sor-soran keris.

Setelah ganja selesai dibuat, maka digabungkan dengan bilah keris dan ditempa sehingga betul-betul menyatu. Jadilah bakalan keris yang masih kasar yang dinamakangatra. Setelah menjadi gatra dan siap untuk di-grabahi, maka selesailah tahap proses penempaan pada pembuatan keris.

3.      Proses Anggrabahi.

Proses anggrabahi adalah proses penghalusan pada sebuah keris. Pada tahap ini, bentuk kasar sebilah keris sudah nampak jelas. Proses ini dilakukan dengan cara mengikir atau menggerinda permukaan bilah, terutama bagian tepinya agar pamor-nya keluar atau terlihat. Tahap ini dinamakan silak waja. Pada tahap ini, harus dilakukan dengan hati-hati, sebab jika pengikirannya berlebihan akan banyak pamor yang ikut terbuang. Sedangkan bila kurang, tidak seluruh pamor akan timbul. Pengikiran itu mengikuti pola bentuk dasarnya. Bagian tengah bilah keris dibuat tebal, sedangkan di bagian tepinya dibuat pipih. Ketipisan sisi kiri dan sisi kanan harus seimbang.

4.      Proses Pembuatan Ricikan. 

Tahap selanjutnya adalah membentuk ricikan. Pembuatanricikan adalah proses pemberian detail pada keris sesuai dengandapur yang sudah diilhami oleh sang empu, atau sesuai dengan faedah keinginan pemesan. Pada bagian depan, mula-mula adalah gandik-nya, kembang kacangjalenlambegajahpejetan sogokansodo atau lidi, tikel alis dan jenggot. Pembuatan ricikan menggunakan alat seperti kikir, gerinda, pahat besi dan mesin bor. Biasanya ricikandepan dikerjakan terlebih dahulu baru kemudian mengerjakan ricikanbagian dalam. Ricikan bagian dalam berupa tumpengansogokanbelakang, kruwinganpancadan dan tumpukan antara wilahan denganganja, dan kemudian greneng. Pembuatan ricikan tentu saja disesuaikan dengan model atau tipedapur yang diinginkan. Pembuatanricikan menggunakan tanggem atauploncon, dengan menjepit keris tersebut supaya tidak patah pada waktu di-tatah dan diukir.

5.      Proses Menyepuh atauLirangan.

Setelah keris yang digarap sudah berwujud dan selesai dibentuk, masuklah tahap nyepuhatau mengeraskan besi. Secara teknis, proses menyepuh adalah proses membuat besi menjadi tua. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas besi dan bajanya supaya lebih keras, tajam, dan tidak mudah melengkung atau patah.

Penyepuhan dapat dilakukan dengan cara konvensional, yaitu dengan merendam keris ke dalam air lirang selama beberapa jam. Airlirang terbuat dari campuran garam 2 kg, belerang 3 kg, dan air sebanyak 1 liter, yang kemudian dicampur ke dalam kotak yang telah disediakan. Proses perendaman berlangsung selama kurang lebih satu hari (8-16 jam).

Setelah direndam selama satu hari, kemudian keris dibersihkan dengan air sabun dan abu, ditambah dengan air jeruk nipis sampai besinya putih. Kemudian, keris yang sudah menjadi halus dibakar lagi hingga membara, selanjutnya dimasukkan ke dalam tlawahsepuhan.

Keris yang sudah disepuh kemudian dihaluskan kembali dengan menggunakan gerinda yang halus atau bisa dilakukan dengan mengasahnya di atas wungkal atau batu asahan, dan diguyur dengan air secara bergantian. Metode ini dilakukan dengan tujuan membuat keris lebih tajam, mengkilat, danpamor-nya lebih terlihat.

6.      Proses Mewarangi atauJamasan.

Proses yang terakhir dalam pembuatan keris adalah prosesfinishing. Keris direndam ke dalam air kelapa yang sudah basi, agar kerak-kerak besi pembakaran terlepas. Setelah itu keris dibersihkan dengan air jeruk nipis hingga putih, lalu di-warangi. Keris yang sudah selesai penggarapannya, maka perlu melalui prosespewarangan atau penjamasan. Proses pewarangan adalah proses memunculkan pamor pada keris. Fungsinya adalah untuk mempertegas tekstur dan warna yang terdapat di permukaan keris. Yaitu warna besi yang terbakar oleh cairan warangan menjadi hitam, warna nikel yang merupakan guratan pamor menjadi putih keperak-perakan, dan warna baja menjadi abu-abu kehijauan. Bahan yang diperlukan untuk warangan antara lain:

1)        Air jeruk nipis murni yang tidak tercampur dengan air sebanyak satu liter.

2)        Bubuk arsenikum sebanyak 30 gram.

Bahan tersebut dicampur sampai rata, kemudian dimasukkan ke dalam botol tertutup, lalu kocok supaya dapat bercampur. Kemudian biarkan selama 10 hari. Larutan warangan semula berwarna putih kekuning-kuningan, setelah proses fermentasi sudah selesai, warna larutan berubah menjadi hitam pekat.

Sebelum proses pewarangan, bilah keris dibersihkan terlebih dahulu dengan cara direndam dengan air kelapa hijau selama 24 jam. Setelah direndam, kemudian dibersihkan menggunakan sikat gigi dengan cairan buah lerak. Buah lerak adalah buah yang dapat berbusa dan dapat digunakan menjadi sabun. Kemudian digosokkan dengan air jeruk nipis. Proses ini diulangi berkali-kali hingga kelihatan putih bersih.

Setelah bersih, bilah keris dimasukkan ke dalam cairan warangan yang tersedia, digosok dengan sikat gigi sehingga seluruh pori-pori wilahan terkena cairan warangan.

Kemudian diangkat dan ditiriskan hingga tuntas, kemudian diletakkan ditempat yang tersedia secara miring. Kalau sudah kering, keris dimasukkan kembali ke dalam cairan warangan dan ditiriskan lagi. Proses ini berlangsung berulang-ulang hingga bilah keris menjadi kehitaman.

Ketika bilah keris sudah tampak hitam, maka dilakukan proses pencucian dengan jeruk nipis yang dibelah. Jeruk nipis digosok berulang-ulang ke seluruh permukaan keris, hingga pamornya kelihatan. Setelah pamor sudah terlihat, bilah keris dikeringkan dan dibersihkan dari cairan jeruk nipis dengan cara di-lap dengan kain.

Bilah keris kemudian dijemur atau diangin-anginkan, lalu didiamkan selama 24 jam dalam keadaan terbuka. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan unsur hawa panas, yang dapat menimbulkan uap ketika dimasukkan ke dalam sarung. Bisa juga menyebabkan keris tersebut berkarat. Setelah itu, keris diolesi dengan minyak pusaka, biasanya menggunakan minyak cendana, minyak kenanga dan minyak melati. Keris yang telah di-warangi menjadi cemerlang guwaya-nya, serta muncul pamor-nya yang indah.

Keris yang selesai diwarangikemudian disanggarkan dengan cara ditaruh ditempat pedupaan beberapa hari sampai melewati Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Hal ini dilakukan agar mantranya betul-betul manjing dan keris betul-betul ampuh. Setelah selesai semua, keris dibuat warangka-nya yang cocok oleh tukang warangka atau yang biasa disebut mranggi. 

Magic, Supranatural, Hiburan, Leak, kuntilanak, Vampire, Game, Liburan, Horror, Angker, Keramat, Sakti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar